Kalian pasti mau tahu dong apa kegiatan santri Al-Furqon setiap harinya? Pasti kalian mengira mereka belajar ngaji terus menerus. Dugaan kaliah salah, tuh. Belajar di Al-Furqon tuh enggak ada bedanya dengan cara sekolah umum. Dari pagi hingga siang ya masuk sekolah, belajar di kelas sebagaimana umumnya siswa-siswa SMP dan SMA belajar.
Bedanya hanya sedikit, setelah mereka keluar sekolah, mereka enggak bisa pulang ke rumah, tetapi masuk ke asrama yang sudah disediakan. Istirahat, makan, salat Zuhur, lalu tidur. Setelah itu salat Asar lalu belajar sampai menjelang magrib, belajar mengaji sampai Isya. Lalu masuk Asrama untuk belajar, kayak di rumah. Pas, pukul 22.00 WI, enggak boleh enggak semua santri mesti tidur.
Mereka juga biasa melaksanakan eskul di sore. Mereka bisa memilih eskul yang mereka sukai. "Di sini tuh ada futsal, bola voli, badminton, tenis meja, basket, paskibra, majalah dinding. Jadi tinggal pilih mana yang suka," ujar Ketua Organisasi Pelajar Pesantren Al-Furqon (OPPAF), Erma Rahmawiyah, pada "GM", beberapa waktu lalu.
O, ya, ada pula aktivitas lain buat mengekspresikan bakat dan minat santri. Ada Anak Lingkungan Seni Sastra (ALAS) buat yang suka bikin puisi dan cerpen, ada Al-Furqon Post bagi mereka yang suka jurnalistik selain mading, ada Media Olah Raga Santri (Most) ajang prestasi olah raga, ada juga Insan Seni Al-Furqan (Insaf) bagi mereka yang suka berkesenian, dan Hizbul Wathon bagi mereka yang cinta pada alam, kayak pramuka gitu.
Soal bahasa? Kalau santri pandai bahasa Arab, kayaknya udah enggak aneh, deh. Semua pesantren pasti belajar bahasa Arab. Nah, di Al-Furqon lain. Setiap santri wajib berbahasa Inggris pula. Bahasa wajibnya ada dua : bahasa Inggris sama bahasa Arab. Jadi, jangan-coba-coba deh berbicara dengan bahasa Indonesia apalagi bahasa Daerah.
"Pesantren hanya memberi toleransi 3 bulan berbahasa Indonesia buat siswa kelas satu. Setelah itu tidak ada pilihan lain kecuali bahasa Inggeris ama bahasa Arab," tambah Erma.
Trus, kalo enggak bisa? Ya, belajar! Enggak ada alasan enggak bisa. Pokoknya, kata ukhti Erma, ucapkanlah sebisanya meski mungkin awalnya agak ngaco. "Semua orang begitu kok, awalnya!" tambanya lagi.
Wah, wah, wah... berat juga ya. Terus kalo mereka ke luar pondok dan bertemu dengan ortu, mesti berbahasa Inggris dan Arab pula? Enggak lah, kalo ketemu ortu ya menggunakan bahasa Indonesia, lah.
Pola kayak begini tuh menuntut santri berdisplin. Aktivitas mereka betur-betur teratur dan terpola. Kapan harus belajar, kapan makan, kapan salat, kapan tidur. Jenuh, dong? "Enggak juga sih, kan pada hari Jumat kami libur. Kami boleh keluar pondok pada hari itu," tukas Erma.
Oke, deh. Selamat beraktivitas. Jadilah ukwat dan ikhwan yang saleh dan salehah.

0 komentar