Sulitnya menjadikan anak berkarakter juga karena karakter yang ingin ditanam bukan sebatas nama. Karakter harus diaplikasikan ke perilaku yang sebenarnya. Seperti workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Karakter yang diadakan LPPM Unisma belum lama ini dan diikuti guru-guru SMP/sederajat se Jawa Timur. Dijelaskan, dalam pendekatan karakter ada beberapa sesei, di antaranya mencoba berbuat, mengklasifikasi nilai yang dikembangkan menjadi memahami nilai, memilih nilai, mencoba nilai, dan membudayakannya.
Sayang dalam aplikasinya di kelas tak semudah yang dibayangkan karena ini terkait dengan karakter anak dari keluarga dan budaya beragam. Lebih penting yang perlu dilakukan guru di kelas adalah metode pembelajaran, bahan ajar, evaluasi, budaya kelas dan guru sebagai model. Demikian yang dipaparkan para narasumber dalam workshop. Dalam pengembangan karakter ini guru bisa mengambil dari berbagai cerita atau dari alam sekitar. Misalnya dalam pelajaran PKN jika guru ingin membentuk anak menjadi anak yang berkarakter peduli terhadap orang lain, guru harus mencari cerita yang menarik.
Misalnya mengamati orang-orang yang berjualan yang memiliki pendapatan sama dengan uang saku siswa setiap hari. Dengan demikian anak diharapkan peduli terhadap orang lain yang kemudian siswa bisa memahami karakter tersebut dan pada gilirannya akan akan mampu bersikap hemat dan tidak konsumtif dan berfoya-foya. Atau, contoh dalam pelajaran IPA, guru bisa mengaitkan dengan alam. Bila guru ingin memberi karakter anak mencintai kebersihan, siswa bisa diajak mengambil sampel di kamar mandi sekolah untuk dilihat kondisi kebersihan di sana. Pada gilirannya nanti anak akan belajar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dari pembelajaran semacam ini anak akan lebih mudah untuk membentuk karakternya. Semoga dari penyusunan perangkat pembelajaran ini anak benar-benar berkarakter.

0 komentar